FASTER86.COM - Politik Yang Sehat Itu Yang Bagaimana ? Dunia politik adalah sebuah dunia yang kadang akal sehat tidak bisa berbicara dengan kenyataan. Bagaimana bisa ? Apakah anda salah satu bagian dari politik pemilu 2014 ? Apa yang anda alami ? Bahwa tak ada kawan yang abadi di dunia politik, dan tak ada musuh yang abadi, jadi politik adalah dunia yang mengalir. Ketika kita berbicara akal sehat, maka orang yang sudah mengabdi untuk politik itu sudah menyerahkan jiwa raga untuk berjuang. Saya teringat dengan kata kata mutiara, jika kamu sudah maju, maka jangan sekali untuk mundur. Begitu pun dengan politik, ketika kita sudah terjun, maka jangan sekali kali mundur, haram hukumnya, ya memang ini adalh pertarungan.
Ketika kita sebantar lagi dihadapkan pada pemilu serentak, kita seolah diadu domba dengan anak bangsa, ketika kubu terpcah menjadi dua belah pihak yang saling menyerang satu sama lain, di dunia medsos, sangat ngeri sekali, rasanya ingin keluar indonesia. Bagaimana tidak, ketika sebelum era bapak Jokowi dan Bapak Prabowo bersaing di kontes pemilu presiden, susana snagat nyaman,dan tentram, jauh dari hingar bingar gemerlap dunia politik.
Tak ada saling ejek antar manusia Indonesia, semua menyatu dalam sebuah khasanah Indonesia, mungkin ada gesekan namun hanya kecil, tak sebesar sekarang. Namun ketika era semakin modern ini, kadang saya malu melihat media sosial, ada berita yang kurang enak di dengar dan dilihat, ysang satu memaki yang lainya. Ini adalah bukan ciri khas Indonesia yang dahulu, dimana Indonesia yang dahulu adalah Indonesia yang ramah, selalu tersenyum,
Namun sebagai bangsa yang besar, ini adalah tandantang bagi Indonesia, ketika ini bisa di pecahkan, maka Indonesia akan menjadi sebuah negara yang hebat. Politik adalah sebuah keharusan, dan tentu kita harus menjadi bagian politik yang sehat.. Lalu bagaimana politik yang sehat itu ?
Seperti tulisan di Geo Times https://geotimes.co.id/kolom/politik/politik-berpijak-akal-sehat/ dimana di situ sebut sebauh negara akan menjadi maju kalau politiknya sehat, dan rasanya sangat sulit sekali untuk itu. Berikut artikel yang dimuat oleh Geotimes pada tanggal 13 Maret 2018 :
Dunia politik merupakan bidang aktualisasi pengabdian pada negara yang berdimensi banyak dan beragam. Multidimensi politik inilah yang membuat banyak orang sulit atau bahkan gagal memahami konstelasi politik, terutama di Indonesia yang berjalan fluktuatif, belum benar-benar mapan.
Ketidakmapanan politik di Indonesia terutama disebabkan oleh masih banyaknya kalangan yang memasukkan unsur-unsur irasional dalam berpolitik, misalnya dengan melibatkan dukun atau pawang politik. Upaya memenangkan kompetisi di panggung politik dicapai dengan cara-cara yang sulit diterima akal sehat.
Padahal, jika yang bersangkutan benar-benar memenangkan kompetisi, saya yakin kemenangan itu diraih karena memang dia sungguh-sungguh dalam meraih cita-cita politiknya, dengan memenuhi persyaratan-persyaratan yang sesuai dengan apa yang harus dilalui dalam berpolitik. Bukan karena kesaktian dukun atau pawang politik yang ikut bermain untuk memenangkan dirinya.
Contoh lain yang juga sulit diterima akal sehat adalah ketika ada pihak yang mengukur kinerja partai politik hanya semata-mata dari usianya. Mungkin dia lupa bahwa ada partai politik yang justru pencapaian tertingginya diraih pada saat mengikuti pemilu untuk pertama kalinya. Artinya dalam usia yang masih dianggap “hijau” itulah keberhasilan dapat dicapai, dan bukan pada saat dianggap sudah “matang”.
Bahkan, tak perlu disebut apa nama partainya, ada yang semakin matang usianya, justru semakin mengecil perolehan suaranya. Ini membuktikan bahwa usia partai politik tidak ada kaitan langsung dengan kesuksesannya dalam meraih dukungan rakyat.
Perjalanan hidup manusia memberikan kita pelajaran berharga bahwa kualitas hidup seseorang tidak diukur dari panjang pendeknya usia, tapi dari sejauh mana ia bisa memberikan manfaat bagi manusia lainnya. Sejarah membuktikan, banyak tokoh yang namanya harum karena karya-karyanya, atau karena peranan sosialnya, padahal usianya relatif muda.
Partai politik adalah mesin sosial yang digerakkan oleh tenaga dan pikiran manusia. Partai politik yang baik adalah yang diisi oleh orang-orang baik, yang berpikiran baik, memperjuangkan hal-hal yang baik, menjunjung tinggi rasionalitas berpolitik, bukan sebaliknya. Politik yang baik, dengan demikian, adalah yang berpijak pada akal sehat.
Dalam percakapan sehari-hari mengenai politik, kita sering mendengar ungkapan betapa pentingnya menjaga kewarasan berpolitik. Tapi seperti apa aktualisasinya tidak ada penjelasan lebih lanjut. Kewarasan berpolitik hanya menjadi sebatas jargon yang tidak disertai dengan rumusan-rumusan operasional.
Makna kewarasan berpolitik, menurut saya, adalah politik yang berpijak pada akal sehat. Bagaimana operasionalisasinya, bisa ditempuh dengan sejumlah langkah berikut:
Pertama, dengan memperjuangkan apa pun yang dibutuhkan rakyat. Klaim bahwa partai politik berasal dari rakyat dan untuk rakyat harus dibuktikan dengan langkah-langkah konkret. Jika rakyat membutuhkan tempat tinggal yang layak, misalnya, maka partai politik, melalui kader-kadernya yang duduk di lembaga legislatif, wajib memperjuangkan kebutuhan itu dengan mendorong pemerintah—melalui kementerian dan lembaga-lembaga pemerintahan terkait—untuk mewujudkannya.
Kedua, dengan memperkokoh posisi rakyat di hadapan pemerintah. Dalam mesin politik ketatanegaraan, rakyat merupakan komponen yang paling rentan dijadikan korban dalam proses pembangunan. Partai politik bisa eksis dalam suprastruktur politik karena dukungan rakyat. Sebagai imbal balik dari dukungan itu, partai politik harus menjadi agen yang berpihak pada rakyat agar tidak menjadi korban.
Ketiga, dengan berperan aktif mendidik masyarakat untuk bersama-sama membangun negara agar menjadi lebih baik. Negara yang baik adalah yang bebas korupsi, bebas dari ketidakadilan dan diskriminasi. Partai politik yang baik adalah yang ikut bersama-sama masyarakat memberantas korupsi, ketidakadilan, dan diskriminasi.
Keempat, dengan sepenuhnya menggunakan kekuasaan untuk memfungsikan negara sebagai pelindung warganya tanpa kecuali, serta memenuhi hak-hak asasinya. Salah satu eksistensi partai politik adalah pada saat ia berhasil meraih kekuasaan, baik di lembaga eksekutif maupun legislatif.
Harus digarisbawahi bahwa keberhasilan meraih kekuasaan itu sepenuhnya karena dukungan rakyat. Partai politik yang menjunjung tinggi akal sehat adalah yang memahami betul apa konsekuensi logis dari dukungan rakyat itu. Hubungan simbiosis mutualistis bisa dijadikan asas dalam merealisasikan fungsi negara dalam memenuhi hak-hak rakyat yang berada di wilayah kekuasaannya.
Rakyat adalah bagian yang tak terpisahkan dari negara. Tidak ada negara jika tidak ada rakyat. Logika bernegara seperti ini harus menjadi komitmen dari setiap partai politik. Menurut saya, inilah inti dari makna politik yang berpijak pada akal sehat.
Tag :
IPTEK