FASTER86.COM - Era Jaya Juventus dan Masa Juventini Bertambah Makin Banyak Kedigdayaan Juventus di tahun 1995-1998 adalah suatu hal yang absolut, tidak dapat diperdebatkan, dan melahirkan banyak (sekali) cikal bakal Juventino-Juventina di seluruh dunia. Bagaimana tidak, Juventus tembus ke final Liga Champion 3 kali berturut-turut, satu diantaranya (95/96) berhasil membawa si kuping lebar ke Turin. Plus Juventus adalah pemenang Serie A tiga kali pada rentang masa yang sama (94/95,96/97,97/98).
Juve memang masih belum segarang di Serie A ketika bermain di Liga Champion. Tapi maaf kata, sebelum masa itu, Liga Champion bukanlah sebuah prestise, jika anda adalah penikmat bola yang sudah berpengalaman, anda akan mengamini, Liga Champion pada masa itu kalah gengsi dengan Serie A. Masa emas ada di sepanjang 90an dibuka dengan kemegahan AC Milan di era Arrigo Sacchi, sebuah tim yang hingga saat ini adalah rival yang paling saya hormati.
Masa emas bagi pertumbuhan tifosi di Indonesia, pada rentang dekade itu, Serie A menjadi primadona, tayang secara eksklusif di saluran TV bergengsi pada masa itu. Sementara Premiere League belum memulai revolusi industri mereka yang digawangi Rupert Murdoch (Suatu saat nanti saya akan membahas tentang revolusi di balik keberhasilan Premiere League, hingga bisa menggeser Serie A.), hanya menjadi alternatif di stasiun TV yang "masih rookie". Sementara La Liga? perlu waktu yang lama, hingga bisa muncul menjadi pilihan. Padahal saat itu Real Madrid sudah merajai Liga Champion (see? not yet special). Ini adalah fakta yang saya recall dari ingatan anda, tak bermaksud mengurangi rasa hormat saya pada klub lainnya.
Di antara rentang masa emas tersebut, saya yakini, adalah saat lahirnya/tumbuh besarnya para Juventino-Juventina yang anda kenal saat ini. Tak terkecuali, seorang anak yang dari kecil sudah bertubuh gempal dan seksi, saya sendiri. Saya memulai kisah cinta saya melalui "comblangan" ayah saya, tapi tidak, dia bukan seorang Juventini, bahkan dia tidak seorang penonton sepakbola. Dia membeli Jersey juventus bernomor punggung 10, Del Piero, secara random melalui intuisi, ilham, atau entah apa itu namanya, yang menjadi sebuah prolog dari kehidupan saya sebagai seorang Juventino, jatuh cinta pada pandangan pertama. Foto di atas adalah foto tahun 2002, bukan dengan jersey yang saya maksud di atas (diambil ibunda secara "candid yang hakiki").
Anda Juventino? Saya yakin sebagian besar anda jatuh hati pada Juventus karena pria yang satu ini, yang terkenal dengan quotenya "A true gentleman will never leaves his lady". Tanpa kalimat ini, tanpa inspirasi yang diberikannya (bersama Buffon, Nedved, Camoranesi & Trezeguet), apa mungkin saat ini anda masih seorang Juventini? setelah Farsopoli menghempaskan kita habis-habisan?
Akuilah, sangat sulit untuk menjawabnya, saya pun tak tahu, tanpa tauladan mereka, mungkin kita sudah terhempas "mengungsi" menjadi fans klub lain.
Lalu sejauh apa manfaat saya menggilai Juventus & Del Piero, many people say "hei feb!, take it easy, no need for such emotions, this is just football!". Well, nope... Juventus dan Ale bukan sekedar Sepakbola, Juventus dan Ale adalah sebuah pembelajaran kehidupan, Juventus dan Ale adalah cara terbaik bagi seorang anak muda belajar tentang Cinta dan Kesetiaan.
Terdengar begitu naif dan berlebihan?
Perkenalkan saya, seorang Juventini yang memiliki seorang istri, yang merupakan pacar saya sejak masih SMP, teman sejak SD, dia dan saya adalah cinta pertama bagi masing-masing kami. Tentu ini adalah campur tangan Tuhan melalui rahmatNya mempertemukan saya pada jodoh yang Dia restui, namun mungkin ini juga berkat Tuhan yang mempertemukan saya pada Juventus & Alessandro Del Piero. Saya semakin menghargai cinta dan kesetiaan.
Juventus jugalah yang membawa saya bermimpi untuk berkeliling Eropa dan menyinggahi "tanah suci Turin" bersama sang istri, kemudian dapat mewujudkannya melalui kerja keras dan api cinta yang dijaga tetap menyala.
Juve, Storia di un Grande Amore...
Febrila Arifpraja.
Tag :
Nostalgia Serie A