FASTER86.COM - Wasit adalah elemen penting dalam sebuah pertandingan, tak terkecuali pertandingan sepakbola, wasit menjadi garda terdepan terciptanya sebuah keadilan dalam sebuah pertandingan. Jika peran wasit bagus, maka bisa dipastikan laga tersebut berjalan secara aman, netral dan lancar, namun jika wasit sudah berulah, maka untuk mengatakan sepakbola itu fair adalah hal yang sangat berat.
FIGC selaku badan instansi tertinggi sepakbola Italia selalu menerapkan sistem yang baik dalam hal wasit, FIGC selalu memilih wasit terbaik dan menerapkan kualifikasi tersendiri bagi wasit untuk memimpin sebuah laga Serie A.
Jika kita flashback ke era 90an dan 2000an, maka kita akan menmukan beberapa sosok wasit yang sangat ditakuti para pemain Serie A saat itu. Collina, Braschi dan Paparesta adalah beberapa contoh wasit yang memiliki ketegasan tingkat dewa, dan bisa menjadi contoh bagi wasit di seluruh dunia.
Ketiga wasit tersebut mampu menjadi pengadil yang baik,fair dan mampu memberikan pembelajaran bagi siapa saja, jangan main main dengan wasit. Tentu kita tahu bersama, Italia sebagai negara Sepakbola kerap berurusan dengan wasit ini. Tak lain karena adanya mafia sepakbola yang mengatur hasil sebuah pertandingan.
Jika hasil sudah bisa diatur, maka wasit pula pasti sudah terbeli, dan ini hal yang akan membuat sepkbola jadi hancur. Maka sikap tegas wasit adalah kunci dalam keberlangsungan sebuah liga di sebuah negara.
Nah kali ini kita akan melihat kiprah Pierluigi Collina di Serie A beberapa tahun yang lalu. Collina adalah salah satu wasit yang memiliki kepiawaian dalam memipin sebuah pertandingan. Kerap kita menyaksikan Collina bersitegang dengan para pemain di tengah lapangan. Collina menjelma menajdi pengadil yang baik, dan sangat disegani.
Bahkan FIFA pun kerap memberinya penghargaan gelar wasit terbaik, dan Collina kerap memimpin partai partai bergengsi Piala Dunia. Pencapaian terbaik Collina adalah memipin Final Piala Dunia 2002, dan yang paling diingat adalah laga Munchen vs Manchester United pada final Liga Champions 1999.
Di daratan Italia sendiri, sosok Collina ini sangat dihormati, dan di segani oleh pelatih, pemain dan fans. Mereka harap harap cemas ketika sebuah pertandingan tim kesayanganya yang memimpin adalah Pierluigi Collina.
Di mata pemain, Collina adalah sosok yang baik hati, ramah dan tegas, bahkan pemain sekelas Gattuso pun harus patuh dengan dia. Dalam sebuah wawancara, Gattuso pernah berkata, kalau Collina adalah wasit yang sangat ia takuti dan ia hormati.
Selain di level lokal. Collina juga sangat disegani oleh bintang bintang dunia, tentu kita ingat bagaimana persaingan antara Argentina dan Inggris, baik itu di sepakbola maupun perebutan malvinas. Ketika dua kekuatan sepakbola ini bertemu, maka perang Malvinas selalu mewarnai duel tersebut.
Aroma perebutan kekuasaan itu menjadi hal yang menarik, dan Collina pernah merasakan bagaimana beratnya memipin laga Argentina vs Inggris tersebut. Aroma drama antar pemain dan negara mewarnai laga tersebut. Namun sekali lagi Collina mampu menjadi sosok pengadil yang baik, memberi keadilan yang semsetinya. Usai lag pun tak ada komentar miring dengan dirinya.
Gabriel Batistuta pun memuji kinerja dari Collina ini, memang hal yang bukan awam, mengingat batigol adalah pemain yang besar di Italia.
" Dia ( Collina -red ) adalah wasit terbaik yang pernah ada, dan saya sangat menghormati apa yang menjadi keputusanya. Dia adalah pengadil yang bisa membuat pertandingan menjadi lebih teratur dan lancar " puji Batigol.
Selain laga tersebut, laga Munchen vs Manchester United mungkin akan menjadi laga yang dikenang oleh para fans dan Collina sendiri. Dimana kemenangan Munchen menjadi sia sia ketika 3 menit injuri time.
Pada laga tersebut, Munchen unggul 1 -0 sampai menit 90, sebelum Sheringham dan Solksjaer mengubah skor menjadi 2 - 1 untuk MU, dan itu merupakan partai yang sangat krusial bagi Collina. Usai laga tersebut, Collina juga berkomentar tentang hasil tersebut.
" Laga ini adalah laga yang berat yang pernah saya pimpin, sedikit kesalahan akan membuat nama anda menjadi pembicaraan dunia, dan beruntung saat itu saya bisa memipin laga tersebut seadil adilnya, dan dalam sepakbola menang dan kalah adalah hasil yang harus diterima dengan lapang dada " tutur Collina.
Bagi pendukung Juventus, Collina juga sangat diingat, dimana saat itu Juventus melakoni laga pamungkas Serie A, tepatnya 14 Mei 2000, dimana Juventus cukup meraih hasil imbang untuk meraih gelar Juara Serie A.
Sore itu cuaca tak mendukung karena hujan sangat lebat di Renato Curi, markas Perugia. Laga ini terpaksa ditunda beberapa jam, sambil menunggu hujan reda dan stadion kembali seperti semula. Ketika hujan reda, wasit memberi aba aba bahwa pertandingan dilanjutkan, dan apa yang yang tak diinginkan oleh fans Juventus menajdi kenyataan.
Kesempatan juara diambang mata, harus sirna oleh stadion yang tak masuk dalam kategori stadion kualitas Eropa. Dan Collina menjadi saksi dan pengadil dalam laga itu. Namun meskipun Juventus tak juara, fans pun tak mencerca keputusan wasit kala itu, dan Collina begitu respect dengan fans Juventus.
Tag :
Nostalgia Serie A